Angguk Sri Rahayu

Sebagai salah satu kesenian warisan desa Pasunggingan pimpinan bapak Maryoto

Baso Alam Sari

Menerima pesanan untuk Hajatan, Tahlilan, Hajatan, HP : 081903133469

Aelen Design

Melayani segala jenis barang Full Print, HP : 085641843010

Halaman MI MA'ARIF NU Pasunggingan

Satu-satunya Madrasah Ibtidaiyah yang ada di Pasunggingan

Sate Ayam Bakar Muslimah

Menerima Pesanan 085227866255

Kamis, 08 Oktober 2015

Bentengan


Bentengan adalah permainan yang dimainkan oleh dua grup, masing-masing terdiri dari 4 sampai dengan 8 orang. Masing-masing grup memilih suatu tempat sebagai markas, biasanya sebuah tiangbatu atau pilar sebagai 'benteng'.

Permainan
Tujuan utama permainan ini adalah untuk menyerang dan mengambil alih 'benteng' lawan dengan menyentuh tiang atau pilar yang telah dipilih oleh lawan dan meneriakkan kata benteng. Kemenangan juga bisa diraih dengan 'menawan' seluruh anggota lawan dengan menyentuh tubuh mereka. Untuk menentukan siapa yang berhak menjadi 'penawan' dan yang 'tertawan' ditentukan dari waktu terakhir saat si 'penawan' atau 'tertawan' menyentuh 'benteng' mereka masing-masing.

Tawanan
Orang yang paling dekat waktunya ketika menyentuh benteng berhak menjadi 'penawan' dan bisa mengejar dan menyentuh anggota lawan untuk menjadikannya tawanan. Tawanan biasanya ditempatkan di sekitar benteng musuh. Tawanan juga bisa dibebaskan bila rekannya dapat menyentuh dirinya.


Taktik
Dalam permainan ini, biasanya masing - masing anggota mempunyai tugas seperti 'penyerang', 'mata - mata, 'pengganggu', dan penjaga 'benteng'. Permainan ini sangat membutuhkan kecepatan berlari dan juga kemampuan strategi yang handal.

Bantuan Benih Jagung Dan Pupuk


Bagi warga Pasunggingan yang tergabung dalam kelompok tani, bantuan untuk pertanian telah turun berupa benih jagung serta pupuk Urea dan NPK. Anggota kelompok tani cukup mengganti biaya transport Rp 2000/kg untuk benih jagung, dan Rp  500/kg untuk pupuk. 

Untuk lahan per 100 ubin hanya mendapat jatah 2kg dan pupuk 15 kg . Diharapkan bantuan dapat digunakan sebaik mungkin dan sesuai prosedur yang di anjurkan pemerintah. Meskipun masih ada kelompok tani yang belum tepat cara pembagiannya, masih belum sesuai prosedur.


Panduan BUDIDAYA JAGUNG dapat dilihat disini http://bonjavafarm.blogspot.com/2015/09/budidaya-jagung.html

Rabu, 23 September 2015

Sate "Ayam" Bakar Muslimah


Untuk anda yang hobi kuliner ayam, di Pasunggingan telah hadir menu spesial Sate Ayam dan Ayam Bakar dengan  cita rasa khas bumbu jawa. Walapaun dibilang masih baru di kancah kuliner Pasunggingan, rasa yang di tawarkan mampu menggoyang lidah anda. Harga yang di tawarkan sangat terjangkau untuk kantong-kantong anda semua. 

Adapun menu makanan lainnya yang disediakan seperti : 
  • Soto Ayam
  • Gecot
  • Gorengan (mendoan, tahu isi)
  • Karedok
  • Sayur matang

Sate "Ayam" Bakar Muslimah beralamat Jln. Raya Pasunggingan Km 1 dusun Kemangunan Rt 24 rw 10 kecamatan Pengadegan kabupaten Purbalingga.

"Siap melayani pesanan acara Hajatan, Yassinan ataupun acara pertemuan"

Contact Person : 
085227866255

Aelen Design


Satu karya kreatif dari anak Pasunggingan dan satu-satunya yang ada di Kemangunan. Melayani segala jenis barang Full Print, dimulai dari sticker full print, banner, jersey, jaket full print, dan lain-lain.

Contact Person :
Yogi Aelen / 085641843010

Alamat :
Jln. Raya Pasunggingan Rt 24 Rw 10
Pengadegan - Purbalingga

Facebook : Yogi Aelen   email : yogiaelen97@gmail.com

Baso Alam Sari


Pasti tidak lah asing bagi anda mendengar Baso Alam Sari, dengan harga yang kaki lima tapi rasa bintang Lima. Menu baso Ayam dan baso Sapi Alam Sari menjadi andalan cita rasa baso Pasunggingan. Usaha yang dimulai sejak Agustus 2009 ini sudah merambah ke sebagian kecamatan di wilayah Purbalingga. Sampai saat ini belum ada cabang dan hanya ada satu yang asli "Baso Alam Sari".

Menerima pesanan untuk acara seperti Hajatan, Tahlilan, dan Arisan dengan harga yang terjangkau dan kualitas rasa terjamin. Beralamat di Kemangunan Rt 24 Rw 10 desa Pasunggingan, kecamatan Pengadegan, kabupaten Purbalingga.

Contact Person :
Lihin   081903133469


Fanspage : Baso Alam Sari

Dokumenter "Pengabdian Sang Kyai"


Dalam rangka Mukhtamar NU yang ke-33, diselenggarakanlah kompetisi pembuatan film dokumenter tingkat Nasional. Kemangunan kembali berpartisipasi dalam kompetisi tersebut, dengan subjek bapak Kyai Rokhedi. Sebagaimana tema yang ditentukan dalam kompetisi tersebut adalah tentang lingkungan Pesantren.

Film yang berdurasi 15 menit tersebut dengan judul "Pengabdian Sang Kyai", menceritakan tentang kegiatan keseharian sang Kyai pada saat bulan Ramadhan. Memang pada saat pengambilan shoot masih dalam suasana Ramadhan. Mulai dari mengimami jamaah mushola, mengajar ngaji, mengurus keluarga, sampai dengan hubungan sang Kyai dalam bermasyarakat.


Konvoi APPAS
Kegiaatan saat pengambilan gambar


Subagyo selaku Produser dan Sutradara mengatakan, membuat film dokumenter tidak terlalu sulit tetapi tidak bisa disepelekan. Akan lebih menyenangkan jika memang benar-benar niat dengan perfileman. Dengan label KMN Pictures dan dibantu oleh pihak CLC Purbalingga dalam penyelesaian film tersebut. Hanya saja film yang ikut dikompetisikan hanya sampai Jakarta dan tidak lolos sampai 15 besar tingkat Nasional. Mungkin untuk kedepannya bisa lolos :). Aaamiin


Film dapat dilihat disni : "Pengabdian Sang Kyai"




Kecethit, Film Fiksi Karya Pemuda Kemangunan


Dunia perfileman mulai merambah ke desa Pasunggingan, khususnya di dusun Kemangunan. Film dengan judul "Kecethit" garapan sutradara Pujo Nastriyo, sukses menjadi film pertama dari Kemangunan Pictures. Meski hanya film pendek dengan durasi 25 menit, namun mampu menghibur warga yang menontonnya.

Film pendek yang mengisahkan tentang Tulus yang jatuh ketika memanjat pohon kelapa, kemudian merasakan sakit pada bagian pinggangnya. Atas usul Dayat kemudian dibawa ke mbah Seprih untuk melakukan pengobatan klenik.

Sebagai peran utama, Tulus Pamuji yang dalam film tersebut berperan sebagai Tulus mengaku lumayan sulit dalam menjalankan aktingnya karena baru pertama kalinya. Ide cerita dari Dayat ini diakui warga cukup bisa membuat mereka tertawa.


Tonton film'nya disini : "KECETHIT"

Peta Desa Pasunggingan

Peta desa Pasunggingan

Batas-batas wilayah :

Sebelah Barat     : Desa Sinduraja, Kecamatan Kaligondang
Sebelah Utara     : Desa Pengadegan, Kecamatan Pengadegan
Sebelah Timur    : Desa Pangempon, Kecamatan Kejobong
Sebelah Selatan : Desa Nangkasawit, Desa Gumiwang, Kecamatan Kejobong


Pasunggingan Metal Syndrome


Pasunggingan Metal Syndrome adalah salah satu dari sekian komunitas musik di desa Pasunggingan. Khadino selaku kapten atau leadernya, mengatakan komunitas ini sebagai wadah anak Metal untuk wilayah Pasunggingan.



Semboyan : 
"Bebrayan Urip Ngantos Tilar Dunyo"




Menjalin hidup dalam persahabatan secara kekeluargaan sampai maut menjemput. mungkin itu yang dimaksudkan dalam semboyan tersebut. (kayane)


Sebagian dari anggota Pasunggingan Metal Syndrome

Contact Person  :   Dino Telah Kembali 081914931671

Group Facebook :   Pasunggingan Metal Syndrome

Fanspage             :   Pasunggingan Metal Syndrome

Outsiders Pasunggingan


Outsiders Pasunggingan adalah sebuah komunitas/fans club dari band asal Kuta,Bali yaitu Superman Is Dead, bukan hanya itu Outsider Pasunggingan adalah suatu komunitas aliran musik genre Punk Rock daerah Purbalingga dan sekitarnya. 

Outsiders Pasunggingan merupakan bagian dari komunitas resmi Outsiders Purbalingga Twice In Paradise, atau yang biasa disebut Bunga Perwira Outsiders.

Superman Is Dead
Sejarah Outsiders :
KITA PADA AWALNYA DIPANDANG SEBELAH MATA DIPANDANG OUTCAST,DIINJAK DAN TIDAK PERNAH DIPERHITUNGKAN ANTARA KESERAGAMAN DAN CARA BERPIKIR YG SEMPIT.

DISAAT KITA BERDIRI SEOLAH KITA MENJADI ANCAMAN BARU
WALAUPUN ADA ORANG DILUAR SANA YANG MENGANGGAP SUPERMAN IS DEAD ADALAH MUSUH PENGECUT PENGHIANAT TAPI KAMI TETAP BERDIRI TEGAK BERANI MENGANGGAP SAHABAT

Semboyan :
"LANGKAHKU TAK BERARTI TANPAMU KEGEMBIRAAN INI TAK AKAN PERNAH ADA"

Bagi fans yang cewe, mereke menyebutnya sebagai Lady Rose. Salam tangan silang sebaga tanda salam keakraban antar sesama Outsiders Ladyrose dan juga kepada sang idola, Superman Is Dead.


Senin, 21 September 2015

Jelang Pilkada, Cek Namamu Di Daftar Pemilih


Mulai Kamis, 10 September 2015, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Purbalingga menyebar daftar pemilih sementara (DPS) Pilkada Purbalingga 2015 di balai desa dan sejumlah tempat.
“Nanti akan ada tanggapan dari masyarakat terkait pemilih yang mungkin belum sempat terdaftar untuk perbaikan DPS. Biasanya mereka yang belum terdaftar karena pindahan, atau saat pendataan kemarin belum 17 tahun dan beberapa hal lainnya,” jelas Komisioner KPU Purbalingga Divisi Pemutakhiran Daftar Pemilih (Mutarlih), Sumber Daya Manusia (SDM) dan Rumah Tangga, Eko Setiawan.
Pengumuman dilaksanakan selama sepuluh hari mulai 10-19 September. Perbaikan data DPS akan dilakukan mulai 20 September untuk ditetapkan menjadi daftar pemilih tetap (DPT) yang akan diumumkan pada 1-2 Oktober.

Menurut Eko Setiawan, daftar pemilih akan terus berubah hingga penetapan daftar pemilih Pilkada terakhir, yang akan ditetapkan beberapa hari sebelum pencoblosan. Untuk sementara, KPU Purbalingga mencatat terdapat 740.387 pemilih yang terdiri atas 372.452 pemilih laki-laki dan 367.935 pemilih perempuan.
DPS Pilkada yang ditetapkan merupakan hasil pencocokan dan penelitian (coklit) di lapangan. Dalam melakukan coklit petugas melakukan cek silang langsung dengan mendatangi rumah ke rumah, jadi dia memastikan data yang diumumkan tersebut merupakan data valid. (braling.com)
Cek namamu disini : http://kpud-purbalinggakab.go.id/

Minggu, 20 September 2015

Pondok Pesantren Nurul Ulum


Pondok Pesantren Nurul Ulum atau yang biasa disingkat  PPNU, adalah salah satu pesantren yang berada di desa Pasunggingan kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Tepatnya di Jalan Raya Pasunggingan Km 1,5 dusun Kemangunan Rt 26 Rw 10 yang didirikan oleh K. Rokhedi dan diresmikan 24 Juli 2006 oleh bapak Drs. H. Triyono Budi Sasongko yang saat itu masih menjabat sebagai Bupati Purbalingga.

Ponpes ini didirikan beberapa tahun setelah K. Rokhedi pulang menuntut ilmu di ponpes Nurul Huda, salah satu ponpes besar pimpinan K.H. Ibrahim Zuhdi di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Atas  usulan dari warga sekitar, untuk membuat tempat ngaji dan kemudian muncul usulan agar mendirikan pondok pesantren yang kemudian diberi nama Nurul Ulum / PPNU.

Lokasi ponpes Nurul Ulum

Seiring dengan perjalanan waktu, santri yang berdatangan menimba ilmu semakin banyak dan beragam. Kenyataan tersebut telah mendorong Pondok Pesantren Nurul Ulum melakukan perubahan kebijakan yang berkaitan dengan pendidikan. Selain mengaji kitab kuning, terdapat juga TPQ dan Madrasah Diniyah yang 1 lokasi dengan lingkungan ponpes.

Kegiatan mengaji kitab kuning santri PPNU

Profil Ponpes

Nama : Pondok Pesantren Nurul Ulum
NSSP       : 510033030050
Kategori : Salafiyah
Pimpinan : K. Rokhedi
Alamat : Jln. Raya Pasunggingan Km 1,5 
dusun Kemangunan Rt 26 Rw 10 
desa Pasunggingan kecamatan Pengadegan 53393
kab. Purbalingga - Jawa Tengah
Cp : 081327645237



Profil Desa Pasunggingan


Desa Pasunggingan termasuk wilayah Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah, Secara administratif wilayah Desa Pasunggingan terbagi dalam 6 Dusun, 12 Rukun Warga (RW) dan 33 Rukun Tetangga (RT) dengan batas batas wilayah :

Sebelah Barat     : Desa Sinduraja, Kecamatan Kaligondang
Sebelah Utara     : Desa Pengadegan, Kecamatan Pengadegan
Sebelah Timur    : Desa Pangempon, Kecamatan Kejobong
Sebelah Selatan : Desa Nangkasawit, Desa Gumiwang, Kecamatan Kejobong

Prasarana Pendidikan : 
  • PAUD    : 2 unit
  • TK         : 3 unit
  • MI          : 1 unit 
  • SD         : 4 unit
  • SMP      : 1 unit
  • Ponpes  : 1 unit
  • Madin    : 1 unit
  • TPQ       : 2 unit

Prasarana Peribadatan : 
  • Masjid    : 9 unit 
  • Mushola : 20 unit 


Prasarana Kesehatan : 
  • Puskesmas  : 1 unit
  • Posyandu     : 8 unit
Kepala Desa yang sekarang adalah Bapak Maryo untuk periode 2012 - 2017.

Angguk, Kesenian Langka Bernapas Islam

Angguk, Kesenian Langka Bernapas Islam

Mengisi hari-hari tua, Maryoto (70), dalang kesenian Angguk asal Desa Pasunggingan, Kecamatan Pengadegan, Purbalingga ini dengan cara bertani. Sejatinya, bertani bagi Maryoto dan sebagian anggota grup kesenian Angguk adalah pekerjaan utama, sementara berkesenian hanya sampingan.
Kesulitan air bagi warga Pengadegan pada umumnya mengakibatkan pertanian yang dikerjakan adalah berkebun dengan tanaman singkong dan jagung, bukan pertanian padi. Tidaklah luas tanah pertanian yang dikerjakan Maryoto yang merupakan tanah turun-temurun.
Tak hanya tanah yang diwariskan, Maryoto pun mewarisi kesenian langka Angguk yang sudah ada sejak zaman Belanda di desanya dari kakek dan bapaknya. “Saya ini generasi ketiga yang menjalankan seni Angguk. Sebelumnya bapak saya Ahmad Roji dan kakek saya Asep Wijaya,” tutur kakek yang mempunyai 5 anak dan 10 cucu ini.
Kesenian Angguk merupakan kesenian bernapaskan Islami. Ciri-cirinya dengan gerakan penari yang berjumlah delapan orang dengan gerakan mengangguk-angguk. Konon, anggukan merupakan bentuk penghormatan kaum muslim saat mereka saling bertemu. Selain itu, alat musik untuk mengiringi tarian berupa rebana, bedug, dan kendang. Sementara syair-syair yang dilantunkan diambil dari kitab Barzanji.
Tarian Angguk ini dibawakan oleh delapan penari yang semuanya laki-laki. Dua penari dibagian depan disebut barong atau mbarep, empat penari tengah prajurit, dan dua penari belakang dinamakan buntil. Khusus penari buntil diperankan oleh anak-anak atau remaja.
13896993871601982994
Rebana dan bedug, alat musik pengiring seni Angguk
Regenerasi
Keterlibatan anak-anak dalam kesenian Angguk ini, meyakinkan Maryoto, bahwa kesenian langka peninggalan nenek moyang ini akan mampu bertahan. Kerap anak-anak SD atau SMP main ke rumah Maryoto yang sekaligus sebagai sanggar seni Angguk “Sri Rahayu”.
“Mencari pemain Angguk caranya ya dengan merayu anak-anak yang suka main ke rumah. Kalau mereka suka, tinggal menemui orang tuanya. Seringkali anaknya ingin bermain Angguk tapi orang tuanya yang tidak setuju, atau sebaliknya,” ungkap Maryoto yang juga bertindak sebagai dalang Ebeg.
Saat ini, penari Angguk yang berperan sebagai buntil yaitu Gilang Pratama yang sudah duduk di bangku kelas XI SMKN Bawang Banjarnegara dan Kris Egianto yang masih duduk di kelas IX SMPN 3 Pengadegan Purbalingga.
Menurut Kris Egianto, awal bergabung dengan grup Angguk “Sri Rahayu” beberapa bulan lalu karena kerap bermain ke rumah Maryoto yang memang tak jauh dari rumahnya. “Kadang melihat mereka latihan, saya seperti jatuh cinta pada kesenian Angguk. Orang tua saya setuju dan mendukung saya bergabung,” jelas remaja yang juga suka bermain sepakbola.
Tidak ada rasa khawatir di wajah Maryoto, kesenian langka Angguk ini akan punah. Mata batinnya mampu melihat anak-anak yang akan bergabung dan meneruskan kesenian Islam ini. Karena itu, salah satu usaha Maryoto dengan memperbaharui gerakan dan cara menabuh alat musik agar lebih dinamis.

sumber : http://www.kompasiana.com/clcpurbalingga/angguk-kesenian-langka-bernapas-islam_55286006f17e6136458b457a

Sabtu, 19 September 2015

Angguk Sebagai Kesenian Warisan Pasunggingan

braling2

Balai rumah limasan di Desa Pasunggingan, Kecamatan Pengadegan itu diramaikan oleh pemuda desa setempat. Dengan semangat kebersamaan mereka kembali menghidupkan tarian Angguk. Angguk merupakan salah satu kesenian tradisi tari khas Banyumas yang nyaris punah. Sudah beberapa malam di awal tahun 2014 ini, anak-anak Pasunggingan berlatih tari angguk.
Di antara gerak pemuda itu, orang-orang tua, yang sebagian di antaranya sudah berusia lebih dari 60 tahun menjadi penabuh dan pelantun syair-syair yang diambilkan dari kitab Barzanji. Perpaduan irama alat musik semacam genjring, jidur dan kendang membikin malah semakin semarak. Kelompok kesenian tari angguk itu bernama Sri Rahayu Desa Pasunggingan dan dipimpin Martoyo, 70 tahun.
Martoyo merupakan turunan ketiga dari pengembang kesenian itu di Pasunggingan. Keberadaan kesenian langka itu sudah ada sejak zaman Belanda. Meski sulit, regenerasi terus dilakukan. Aksi tarian Angguk langka bernapas islami yang dilakukan pemuda malam itupun direkam oleh tim produksi film dokumenter dari Sabuk Cinema ekstrakulikuler sinematografi SMA Bukateja.
braling3
Upaya mendokumenterkan Tari Angguk di Desa Pasunggingan, Kecamatan Pengadegan dilakukan dengan tidak sembarangan oleh Sabuk Cinema ekstrakulikuler sinematografi SMA Bukateja. Pengambilan gambar film dokumenter oleh pelajar SMA itu dilaksanakan selama tiga hari, yakni Jumat-Minggu, 17-19 Januari 2014. Sebelumnya, mereka sudah lebih dulu menggelar riset.
Riset dilakukan berbulan-bulan. Mereka kudu bolak-balik ke desa, menemui dan bergaul dengan pelaku kesenian Angguk. Mereka punmengambil data kesenian Angguk dari Perpustakaan Film dan Buku Jaringan Kerja Film Banyumas (JKFB).
“Tidak semata hasilnya, tapi proses kami bergaul dan berada di tengah-tengah masyarakat pecinta dan pelaku seni tradisi,” kata Uli Retno Dewanti. Guru pembina ekskul sinematografi Meinur Diana Irawati mengatakan, melalui produksi film dokumenter ini siswa menjadi bisa bergaul dan mempelajari masyarakat dengan cara terjun langsung.
“Hal ini yang tidak mereka dapatkan dalam pelajaran formal, karena itu ekskul sinema dibutuhkan,” jelas Meinur yang kesehariannya menjadi guru pengampu pelajaran Ekonomi.

Menonton Film Bagian Dari Ngaji


Di sebuah pelataran pondok pesantren, layar putih yang terpasang di kerangka besi ditancapkan. Pelataran yang biasanya untuk pengajian, malam itu akan dipakai untuk menonton film.

Kamis, 22 Mei 2014, rombongan Laskar Layar Tanjleb Festival Film Purbalingga (FFP) 2014 sudah sampai di Dusun Kemangunan, Desa Pasunggingan, Kecamatan Pengadegan, Purbalingga. Tepatnya di pelataran Pondok Pesantren Nurul Ulum Desa Pasunggingan.

Direktur FFP Bowo Leksono mengatakan, menonton film juga bagian dari ‘mengaji, hanya beda medianya saja. “Apa yang ada di film juga berbicara soal hidup manusia, bagaimana tingkah laku kita sehari-hari. Ada baik dan ada buruk,” ujarnya saat member sambutan.


Karena lokasi pondok pesantren tidak berbatas dengan perumahan warga, penonton yang datang pun justru banyak dari warga sekitar. Laki-laki perempuan, tua muda, tumpah di pelataran pondok hingga jalan desa.

Terlebih, ada salah satu film yang diambil dari kompetisi pelajar Banyumas Raya yang diputar dan pengambilan gambarnya di Desa Pasunggingan, yaitu film dokumenter “Angguk” karya pelajar SMA Bukateja Purbalingga.

Angguk adalah kesenian bernapas Islami yang sudah ada sejak zaman Belanda. Kesenian itu masih ada di Pasunggingan. Karenanya, warga dibuat penasaran, seperti apa melihat kesenian Angguk yang sudah dikemas menjadi film.

Menurut salah satu penonton, Purwito, di zaman sekarang kita akan kesulitan melihat budaya atau kesenian tradisi secara langsung. “Lewat film, bisa menjadi salah satu alat generasi sekarang mengenal seni tradisi,” tuturnya.


Selain film “Angguk”, dua film karya pelajar Banyumas Raya yang diputar yaitu, film pendek “Bakul Dawet” karya pelajar MTs Ma’arif Mandirasa Banjarnegara dan film dokumenter “Penderes dan pengidep” karya pelajar SMA Kutasari Purbalingga.

Sementara film luar Banyumas Raya, ada “Boncengan” dan “Gazebo” yang juga disutradarai Seno Aji Julius dan diproduksi Sanggar Cantrik Yogyakarta serta film bioskop “Sang Penari” karya sutradara Ifa Isfansyah produksi Salto Films Jakarta.

Di Pasunggingan masuk titik layar tanjleb yang ke-15 dari 18 rencana titik desa se-Banyumas Raya. Selanjutnya, rombongan layar tanjleb FFP 2014 hendak mendatangi Desa Karangklesem, Kecamatan Kutasari, Purbalingga pada Jumat malam, 23 Mei 2014.

Appas Layar Tanceban

Mengenang Film Laga Indonesia

Selepas maghrib, gerimis sempat turun kala perangkat layar dan pemutar film sedang dipasang. Belum banyak warga yang datang, hanya beberapa saja tampak bergerombol sembari memastikan malam itu hujan tak jadi datang.
Layar terpasang, film siap diputar, dan bintang di langit mulai Nampak. Puluhan warga pun berdatangan dari berbagai penjuru. Malam itu, Bioskop Rakyat (Biora) Cinema Lovers Community (CLC) menyambangi Desa Pasunggingan, Kecamatan Pengadegan, Purbalingga.
Bekerjasama dengan pemuda Desa Pasunggingan yang tergabung dalam Asosiasi Pemuda Pasunggingan (APPAS) program Biora CLC dengan format layar tanjleb sukses menghibur ratusan warga desa pada Sabtu malam, 23 November 2013 di pelataran Kantor Desa Pasunggingan.
Kepala Desa Pasunggingan Sumaryo merasa senang dengan adanya pemutaran film bagi warga desanya. “Belum pernah ada hiburan pemutaran film di desa kami. Semoga film-film yang diputar bisa memberi pelajaran dan manfaat bagi warga,” jelasnya.
Malam itu, program Biora sengaja hadir menyambangi warga desa untuk mengenang film laga Indonesia. Karena itu, selain film-film pendek karya pelajar Purbalingga, diputar film laga “Jaka Sembung” dengan bintang legendaris Barry Prima.
Menurut salah satu penonton, Tarnowo (43), pemutaran film malam itu tidak hanya memberi kenangan bahwa dimasa kecilnya ia suka nonton layar tanjleb di lapangan kecamatan. “Saya sangat terkesan dengan sosok Barry Prima. Saya banyak menonton film-film yang dibintanginya,” ujarnya.
Meski pemutaran film sempat molor beberapa menit karena gerimis di awal, ratusan penonton bertahan hingga film usai. Mereka tampak senang dan antusias, terlebih disela pemutaran, ada pembagian doorprize untuk anak-anak dan orang dewasa.
Koordinator APPAS Subagyo mengatakan, pemuda Pasunggingan sudah lama ingin menghadirkan CLC bagi warga. “Baru kali ini kesampaian. Harapannya ke depan ada lagi dan terus ada,” katanya.
Sementara salah satu pegiat CLC Canggih Setyawan mengatakan, CLC selalu siap dimanapun menggelar layar tanjleb bagi warga desa. “Syaratnya ada pemuda yang mau dan mampu menjadi penggeraknya. Itu yang penting,” tegasnya.